PANGGILAN MESRA (Seri Bulying dalam Pendidikan)
Oleh: Nur Sabani

“Mas, Mba, ayo kerjakan dengan teliti dan mandiri. Jangan kerja sama ya.... “
“Mas Andi, tolong Ibu. Hapus papan tulisnya,!”
Ucapan guru di atas adalah dialek panggilan dari dari Guru yang berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Meskipun panggilan Mas dan Mba juga digunakan di daerah luar jawa tengah akibat akulturasi bahasa. Panggilan mas dan mba sepadan dengan AA dan teteh di Jawa Barat, Uda dan uni di Padang, dan Cak dan ning di Jawa Timur, ataupun Kaka dan Tata di Gorontalo. Panggilan ini lazimnya digunakan sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua. Dalam Praktiknya panggilan tersebut juga digunakan orang tua untuk memberi penghargaan kepada anak yang usianya lebih muda.
Baca Lainnya :
- PANGGILAN BERMAKNA (Seri Bulying dalam Pendidikan)0
- GLADI BERSIH UNBK TAHUN PELAJARAN 2019 / 20200
- PEMILIHAN KETUA OSIS ON LINE0
- LATIHAN PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN0
- MTsN 7 Raih Juara 1 Marchingband0
Jika guru menggunakan panggilan Mas, mba, dan semisalnya, peserta didik akan merasa dihargai dan dihormati. Saya melihat sendiri, Bu Rini, rekan saya ketika menggunakan panggilan mbak di kelas yang diampunya. Penghormatan ini akan menaklukkan hati siswa sehingga dia menuruti perintah ataupun larangan gurunya. Panggilan disertai dengan nama yang dilakukan seorang guru ini semakin mengena jika siswa di rumah belum mendapat penghargaan yang serupa dari orang tuanya. Meskipun demikian dialeg dan intonasi juga sangat mempengaruhi keampuhan sebuah panggilan. Mengucapkan kata mba dengan kata kasar dan mata melotot apalagi disertai dengan tangan yang mengepal bagaikan pistol bagus yang tidak ada pelurunya.
Meskipun belum ada penelitian dampak dari memanggil dengan sapaan Mas dan Mba terhadap perilaku siswa, saya yakin anda semua sepakat bahwa penghormatan kepada peserta didik akan mempengaruhi perilakunya. Ada pendapat menarik dari Psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi yang menyimpulkan bahwa memanggil Kakak terhadap anak sulung berpengaruh pada kemandirian dan tanggung jawab anak. Memanggil anak dengan sapaan baik adalah wujud penghormatan. Penghormatan guru kepada murid selain melalui sapaan juga diaplikasikan melalui perhatian, dan perbuatan nyata. Mungkin anda akan bertanya “Penghormatan kepada murid? Apa tidak terbalik?”. Pertanyaan yang hampir sama ketika ada seorang guru yang enggan menyambut kedatangan peserta didik dengan alasan yang sama. Ya, itulah kita. Kadang kita masih menunjukkan ego dengan menuntut hak untuk lebih di hormati daripada menghormati orang lain.
Anak adalah manusia kecil dimana pengakuan atas eksistensi keberadaannya sangat berarti bagi perkembangan hidupnya di kemudian hari. Seorang anak yang merasa dihormati tumbuh menjadi sosok bijak, tanggungjawab dan berusaha melakukan sesuatu demi peningkatan penghormatan orang lain padanya. Dia akan merasa kecil hati bila hidup tanpa penghormatan dan diperlakukan dengan tidak layak. Jika anak dihormati, maka dia akan melakukan penghormatan yang sama. Menghormati anak sama saja dengan mengajarkannya untuk menghormati orang lain secara langsung, tidak sekedar teori.
